Sample Text

Text Widget

Total Tayangan Halaman

Blogger templates

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Pengikut

RSS
Container Icon

Memandang Keindahan Islam

 

Islam adalah agama Allah SWT yang sempurna dan penuh petunjuk. Tak satu agama pun yang diridhoi Allah selain Islam. Kemulian, keindahan, keagungan dan segala sifat yang terpuji telah menjadi cahaya Islam yang tidak akan sirna hingga hari kiamat. Betapapun kebencian orang-orang yang anti terhadapnya, namun Islam tetaplah Islam, kemulian dan keagungannya akan tetap menghiasinya walaupun musuh- musuh Allah berusaha untuk memadamkan kemilaunya , walaupun orang-orang munâfiqûn tak kenal letih dan tiada kehabisan akal dalam mendatangkan makar di tengah kebesarannya, dan walaupun segelentir penganutnya -sadar maupun tak sadar- telah mencoreng dan merusak keindahannya di mata manusia.

Ingatlah bahwa Allah SWT telah menegaskan,
"Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan- ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci. Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci." ( QS. Ash-Shof : 8-9 )

"Dia-lah yang mengutus Rasul- Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi." ( QS. Al-Fath : 28 )

"Mereka (ornag-orang munâfiqûn) berkata: "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah daripadanya. Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui." ( QS. Al-Munâfiqûn : 8 )

Dan patut untuk diketahui bahwa akan tetap ada dari ulamanya yang akan membela dan menampakkan kebenarannya hingga hari kiamat. Rasulullâh shollallâhu 'alaihi wa 'alâ âlihi wa sallam bersabda,
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ ظَاهِرِيْنَ عَلَى الْحَقِّ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ كَذَلِكَ
"Terus menerus ada sekelompok dari umatku yang mereka tetap nampak diatas kebenaran, tidak membahayakan mereka orang mencerca mereka hingga datang ketentuan Allah (hari kiamat) dan mereka dalam keadaan seperti itu." [1]
Dan ingatlah, akan tetap ada yang akan tampil dari ulamanya guna menjawab segala tuduhan, menepis segala syubhat (kerancuan, kesamaran) dan menghancurkan seluruh makar musuh-musuhnya. Sebagaimana dalam sabda Nabi shollallâhu 'alaihi wa 'alâ âlihi wa sallam,
يَحْمِلُ هَذَا الْعِلْمَ مِنْ كُلِّ خَلَفٍ عُدُوْلُهُ يَنْفُوْنَ عَنْهُ تَحْرِيْفَ الْغَالِيْنَ وَانْتِحَالَ الْمُبْطِلِيْنَ وَتَأْوِيْلَ الْجَاهِلِيْنَ
"Ilmu (agama) ini akan disandang -pada setiap generasi- oleh orang-orang adilnya. Mereka menepis darinya tahrîf (perubahan, pembelokan) orang- orang yang melampaui batas, jalan para pengekor kebatilan dan takwîl orang-orang jahil." [2]


Sumber : http://artikel.mywapblog.com/post/66.xhtml

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KEINDAHAN ISLAM DARI SEGI HAK-HAK KELUARGA


          Alah Subhanahu Wa Ta’ala telah memerintahkan kita kaum muslimin untuk berbuat baik kepada keluarga dan orang yang punya hubungan kekerabatan dengan kita, terutama adalah orang tua kita. Salah satu hak keluarga adalah terus di sambung hubungan kekeluargaannya itu dengan cara saling bersilaturahim. Sebagaimana yang tertera dalam al Qur’an dan hadits di bawah ini yang memerintahkan kepada kita agar selalu menjaga hubungan kekeluargaan.

“Bertakwalah kamu sekalian kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu sekalian saling meminta satu sama lain dan peliharalah hubungan silaturahim”.
[QS. An Nisa : 1]

“Sembahlah Allah dan jangan kamu sekalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, sanak kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hama sahayamu”.
[QS.An Nisa : 36]

“Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam besabda,”Barangsiapa yang beriman kepada Alah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah maka hendakhal ia menghubungkan tali silaturahmi. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari akhir maka hendaklah ia berkata dengan perkataan yang baik atau kalau tidak, hendaklah diam”.
[HR. Bukhori dan Muslim]
           
            Kita sebagai orang yang beriman haruslah menghubungkan tali persaudaraan dengan kerabat dekat maupun keluarganya. Dengan begitu ia akan merasakan indahnya persatuan dan kesatuan antara muslimin. Tetapi untuk bisa megamalkan perintah diatas yaitu menyambung tali silaturahmi maka yang harus kita lakukan sebelumnya adalah mengenal atau mengetahui siapa saja yang termasuk keluarga dekat dan keluarga yang jauh, siapa kerabat dekatnya dan siapa kerabat dekatnya, baru setelah itu kita mulai menyambung hubungan persaudaraan kita dengan rumahnya / dengan menelponnya dan dengan sarana-sarana lainnya.

“Dari Abdullah bin ‘Amr bin al ‘Ash, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”orang yang menghubungkan persahabatan bukanlah orang yang memberi jaminan, tetapi orang yang menghubungkan persahabatan adalah orang yang apabila sanak kerabatnya memutuskan hubungan maka ia menyambungnya”.
[HR. Bukhori]

            Begitulah yang dimaksud dengan menghubungkan tali persaudaraan atau tali silaturahmi, yaitu orang yang tetap menyambung persaudaraannya meskipun saudara/ kerabatnya itu menyambungkannya atau memutuskannya. Dan kita tidaklah diperbolehkan menyambung tali silaturahim karena kerabatnya tersebut menyambungnya dan memutuskan tali silaturahim karena kerabatnya tersebut memutusnya.
Sumber :   http://situsresmimdk.blogspot.com/2011/12/beberapa-keindahan-dalam-islam-bag1.html

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Keindahan Islam dalam Pergaulan Laki-laki dan Perempuan



Sebagaimana telah diketahui bersama, bahwa Allah Ta’ala telah menciptakan manusia ini dalam dua jenis, pria dan wanita. Dan sebagaimana telah diketahui pula bahwa kaum pria pasti membutuhkan kepada kaum wanita, bahkan tidaklah akan sempurna kepriaan/kejantananan kaum pria kecuali dengan adanya wanita yang menjadi pasangan hidupnya. Begitu juga kaum wanita, mereka pasti membutuhkan kepada kaum pria, dan kewanitaannya tidaklah akan sempurna melainkan dengan adanya seorang pria yang menjadi pasangan hidupnya. Mereka saling membutuhkan, saling melengkapi, dan saling memenuhi kebutuhan pasangannya.

Maha suci Allah Yang telah menjadikan kelemahan masing-masing jenis sebagai simbul kesempurnaannya bagi pasangannya. Kaum pria memiliki kelemahan dalam banyak hal, misalnya ia tidak dapat mengandung, kurang sabar mengatur dan merawat anak dan rumah, kurang bisa berdandan, bersuara keras dan kasar, kurang bisa lemah lembut, akan tetapi kekurangan-kekurangannya ini merupakan kesempurnaan bagi wanita yang menjadi pasangannya. Sehingga bila ada pria yang lemah lembut, bersuara merdu, jalannya melenggak-lenggok, suka memasak, senantiasa berdandan biasanya dikatakan sebagai pria yang kurang normal, atau yang sering disebut dengan waria. Begitu juga sebaliknya, kaum wanita memiliki kelemahan berupa, tidak perkasa, bersuara lantang/lantang, kurang bisa tegas, mudah takut, selalu datang bulan, kurang gesit, dan seterusnya. Akan tetapi berbagai kekurangannya ini merupakan kesempurnaan bagi pria yang menjadi pasangannya, sehingga bila ada wanita yang berpenampilan perkasa, bersuara keras, dan tidak suka berdandang maka biasanya disebut dengan tomboy.

Walau demikian, syari’at Al Qur’an tidaklah membiarkan mereka berpasangan bebas, dan dengan cara apapun. Sebab, yang diciptakan dalam keadaan berpasang-pasang semacam ini bukan hanya manusia, tetapi ada mahluk-mahluk lain yang diciptakan demikian juga, misalnya binatang. Binatang juga diciptakan dalam keadaan berpasang-pasang, jantan dan betina, dan mereka saling berpasangan pula.
Oleh karena itu, syari’at Al Qur’an mengatur hubungan antara pria dan wanita dengan syari’at yang dapat menjaga martabat mereka sebagai mahluk yang mulia dan membedakan hubungan sesama mereka dari hubungan binatang sesama binatang. Manusia adalah mahluk yang telah dimuliakan oleh Allah di atas mahluk-mahluk selain mereka, oleh karena itu hendaknya kita sebagai manusia menjaga kehormatan ini dengan cara menjalankan syari’at Al Qur’an yang telah menetapkan kehormatan kita tersebut:
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al Isra’: 70)
Syari’at Al Qur’an hanya membenarkan dua cara bagi manusia untuk menjalin hubungan dengan lawan jenisnya:

A. Cara perbudakan
Cara ini hanya dapat dilakukan melalui peperangan antara umat Islam melawan orang-orang kafir, dan bila kaum muslimin berhasil menawan sebagian dari mereka, baik lelaki atau wanita, maka pemimpin umat Islam berhak untuk memperbudak mereka, dan juga berhak untuk meminta tebusan atau membebaskan mereka tanpa syarat.

B. Pernikahan
Hanya dengan dua cara inilah manusia dibenarkan untuk menjalin hubungan dengna pasangannya. dan hanya dengan dua cara inilah tujuan disyari’atkannya hubungan dengan lawan jenis akan dapat dicapai dengan baik. Oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an,
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu menyatu dan merasa tentram kepadanya. Dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar Rum: 21)
Dan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan akan syari’at yang mengatur hubungan antara lawan jenis ini dengan sabdanya,
“Tidaklah pernah didapatkan suatu hal yang berguna bagi doa orang yang saling mencintai serupa dengan pernikahan.” (HR. Ibnu Majah, Al Hakim, Al Baihaqi dan dishahihkan oleh Al Albani)
Adapun berbagai hubungan selain cara ini, maka tidaklah dibenarkan dalam syari’at Al Qur’an, oleh karena itu Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Janganlah sekali-kali seorang lelaki menyendiri dengan seorang wanita, kecuali bila wanita itu ditemani oleh lelaki mahramnya.” (Muttafaqun ‘alaih)
Pada hadits lain Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan alasan larangan ini,
“Janganlah salah seorang dari kamu berduaan dengan seorang wanita, karena setanlah yang akan menjadi orang ketiganya.” (HR. Ahmad, At Tirmizi, An Nasa’i dan dishahihkan oleh Al Albani)
Bukan hanya syari’at Al Qur’an yang mencela berbagai hubungan lawan jenis diluar pernikahan, bahkan masyarakat kitapun dengan tegas mencela hubungan tersebut, sampai-sampai mereka menyamakan hubungan tersebut dengan hubungan yang dilakukan oleh mahluk selain manusia, yaitu binatang. Mereka menjuluki hubungan di luar pernikahan dengan sebutan “kumpul kebo”. Julukan ini benar adanya, sebab yang membedakan antara hubungan lawan jenis yang dilakukan oleh binatang dan yang dilakukan oleh manusia ialah syari’at pernikahan. Dan pernikahan dalam syari’at Al Qur’an harus melalui proses dan memenuhi kriteria tertentu, sehingga bila suatu hubungan tidak memenuhi kriteria tersebut, maka tidaklah ada bedanya hubungan tersebut dengan hubungan yang dilakukan oleh binatang.

Penulis: Ustadz Muhammad Arifin Badri
Sumber : http://yahyaayyash.wordpress.com/2008/06/02/keindahan-islam-dalam-pergaulan-laki-laki-dan-wanita/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS